Rabu, 21 Maret 2018

Mengangkat Jambi Melalui Layar Lebar

Oleh: Mhd. Zaki
Sebagai bagian dari masyarakat Jambi, kehadiran Wo Azhar M.J. dan beberapa seniman Jambi di film layar lebar “Trip N Vlog #Pulang Kampung” patut membuat kita merasa bahagia sekaligus bangga. Seniman Jambi bisa membuktikan bahwa mereka tidak kalah dalam beradu peran dengan aktor seperti Reza Pahlevi, Amel Carla yang merupakan aktor populer di dunia perfilman tanah air. 

Kehadiran seniman Jambi ini serupa pahlawan di medan yang lain. Para seniman ini berhasil mengangkat Jambi di jalan yang berbeda, untuk bangkit dan masuk dalam sejarah perfilman Indonesia. Kalau selama ini Jambi hanya dikenal dengan benda purbakala dan cagar budayanya, kini Jambi mampu lahir dari karakter dan kreativitas seniman-senimannya.

Film “Trip N Vlog #Pulang Kampung” yang digarap oleh sutradara ternama Poernomo Aziz, kemarin (1 Maret 2018) tayang bioskop-bioskop di Indonesia, termasuk di Jambi. Film yang berdurasi 92 menit ini mengambil tema dan latar di Provinsi Jambi. Hal ini tentu sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jambi. Selain ingin melihat bagaimana seniman Jambi beradu peran, masyarakat juga pasti ingin melihat bagaimana nuansa lokal Jambi digarap secara total dan dikemas secara apik sehingga menjadi sebuah film yang layak untuk ditonton.

Potensi dan Strategi 
Dengan luas wilayah 53.435,72 KM2 yang terdiri dari luas daratan 50.160,05 KM2 dan luas perairan 3.274,95 KM2 (sumber: http://jambiprov.go.id), Provinsi Jambi sesungguhnya memiliki banyak potensi.

Selain punya potensi unggulan seperti sektor perkebunan dan pertambangan, ia juga kaya dengan berbagai objek wisata. Sebagian kecil  potensi tersebut sudah dicoba diangkat oleh sang sutradara dalam film Trip N Vlog ini. 

Apa yang dimunculkan dalam film ini, pada dasarnya masih sebatas kulit luar Jambi, yang kalau dibuka di dalamnya masih menyimpan banyak hal menarik. 

Dari sekian banyaknya objek wisata yang menjadi aset Provinsi Jambi, di antaranya adalah: wisata sejarah, budaya, alam, dan kuliner. Namun dari beberapa jenis objek wisata yang dimiliki tersebut, belum sepenuhnya digarap secara maksimal, baik oleh pemerintah daerah, pihak swasta maupun masyarakat. Sehingga sederetan kekayaan objek wisata itu gaungnya belum terlalu menggema di luar dan manfaatnya belum dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.

Salah satu contoh adalah objek wisata sejarah Candi Muarojambi. Dari beberapa literatur bahkan disebutkan bahwa kompleks percandian Muarojambi merupakan kompleks percandian terbesar di Asia.  Konon ia tidak hanya dikenal sebagai tempat ibadah, akan tetapi ia juga dijadikan sebagai pusat pendidikan bagi pemeluk agama Budha.

Jika dibandingkan dengan candi-candi lain yang ada di Indonesia, Candi Muarojambi masih jauh kalah populer. Misalnya dengan Candi Borobudur. Walaupun kompleks percandiannya tidak seluas Candi Muarojambi, namun kepopulerannya bahkan sampai ke belahan dunia.

Pertanyaannya adalah apa yang bisa dilakukan untuk mengimbangi daerah lain tersebut? Menurut penulis ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pengelolaan dan perawatan. Potensi wisata di Provinsi Jambi sudah harus dikelola secara serius dan berkelanjutan. Mustahil rasanya Jambi bisa menjadi destinasi wisata nasional jika tidak ada tindakan nyata dalam perbaikan sistem pengelolaan.

Tamu harus dimanjakan dengan berbagai suguhan, baik itu pelayanan, fasilitas, maupun pemandangan. Sistem pembiayaan harus jelas dan terukur, akses menuju tempat wisata dengan transportasi yang lancar dan nyaman. Sehingga mereka tidak kapok untuk datang ke Jambi. Minimal mereka bisa mendapatkan apa yang mereka harapkan dan sesuai dengan apa yang mereka keluarkan. 

Kedua, promo besar-besaran. Salah satunya adalah terlibat aktif dalam berbagai event. Event-event besar baik yang berskala nasional maupun internasional menjadi kesempatan yang baik untuk mengenalkan potensi daerah. Apalagi pemerintah Provinsi Jambi memiliki generasi-generasi muda berbakat. Dengan memberdayakan para duta yang dimiliki Jambi baik itu Duta Pariwisata, Duta Bahasa, Duta Bahari dan lain sebagainya diharapkan mampu membawa perubahan positif terhadap Jambi.

Ketiga,optimalkan penggunaan teknologi. Di zaman yang serba digital seperti yang dirasakan saat ini, dunia umpama tidak berjarak. Akses informasi bisa didapatkan dengan mudah dan cepat. Akan sangat sayang sekali kalau hal ini tidak dimanfaatkan. 

Penggunaan video blog (Vlog) bisa menjadi alternatif media promosi pariwisata, di samping media sosial lainnya. Selain mudah dan murah, pemanfaatan teknologi dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, kita tidak perlu lagi terlalu banyak mengeluarkan anggaran, cukup diunggah lalu dibagikan. 

Momentum Branding Wilayah
Garapan film ini, seharusnya bisa ditangkap sebagai momentum oleh pemerintah daerah di Provinsi Jambi untuk berbenah. Daerah harus berpikir keras dalam mengemas produk-produk unggulan sehingga para sineas semakin tertarik untuk memproduksi banyak film di Jambi. Dengan demikian Jambi akan semakin dikenal. Sehingga akan semakin banyak masyarakat luar yang tertarik datang ke Jambi untuk berwisata maupun berinvestasi. 

Dengan hadirnya film yang mengangkat lokalitas Jambi ini, mudah-mudahan akan membuat semua mata melirik ke Jambi, yang sekaligus akan meyakinkan semua pihak bahwa Jambi punya banyak potensi yang bisa dikembangkan dan diangkat, terutama bagi para investor untuk berinvestasi di Jambi. Sehingga dengan makin ramainya investor masuk ke Jambi akan berdampak positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.

Pengembangan potensi daerah tentu tidak bisa dibebankan pada satu pihak, melainkan harus melibatkan banyak pihak. Pemerintah, swasta serta masyarakat harus mampu bekerja bersama-sama menciptakan iklim yang ramah untuk semua kalangan. Selain itu dibutuhkan konsistensi dan kerja keras serta upaya-upaya kreatif dan inovatif dalam membaca peluang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar...