Oleh. Mhd. Zaki, S.Sos., M.H.
Banjir yang terjadi akhir-akhir ini telah memasuki kategori yang membahayakan. Atau kalau boleh dibahasakan dalam keadaan “gawat” banjir. Ditambah lagi hujan yang turun terus menerus di hampir seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian Barat yang menyebabkan hal ini semakin membuat kita semua menjadi semakin cemas. Betapa tidak, akibat dari banjir dan hujan yang terus menerus tersebut, korban jiwa dan kerugian harta benda pun menjadi tidak terhindarkan. Semua ditenggelamkan.
Kecemasan ini sangatlah beralasan. Karena kejadian seperti ini bukan kali ini saja terjadi. Namun telah terjadi hampir setiap tahun memasuki bulan penghujan. Dengan kejadian ini, dapat pula dipastikan beberapa tahun yang akan datang, kejadian seperti ini akan terus terjadi, kalau saja kita semua masih bersikap apatis dan egoistis terhadap alam.
Sekarang nasi terlanjur menjadi bubur. Tentunya untuk menjadikan bubur kembali menjadi nasi agak sulit memang. Namun paling tidak bubur yang telah dihasilkan oleh tangan-tangan kita, bisa dimaknai sebagai bentuk keteledoran dan kecerobohan bertindak kita. Khususnya pemerintah yang punya kendali besar terhadap jalannya roda pemerintahan. Termasuk dalam hal kewenangan dalam memberikan izin (pengelolaan hutan dan mendirikan bangunan) serta ketegasan sanksi ketika izin tersebut disalahgunakan ataupun dilanggar.
Banjir tentu saja tidak terjadi dengan sendirinya. Ia didahului oleh berbagai sebab. Salah satunya adalah berkaitan dengan bagaimana manusia memperlakukan alam sebagai tempat ataupun sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Keserakahan dan kelalaian manusia kerap menjadi faktor utama yang menyebabkan berbagai bencana alam selama ini. Melihat kenyataan di lapangan yang semakin hari semakin mengancam dan membahayakan kita semua, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hubungan harmonis kita dengan alam.
Tumbuhkan Kesadaran Masyarakat
Dalam hal ini untuk menjaga lingkungan dan keberlangsungan ekosistem alam sekitar agar tetap seimbangan, maka diperlukan usaha menumbuhkan kesadaran masyarakat. Kesadaran yang maksud tentunya adalah kesadaran dari setiap masyarakat untuk senantiasa mengubah pola hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka. Salah satunya adalah etika dalam membuang sampah. Artinya bagaimana pemerintah memberikan semacam pencerahan terhadap segala lapisan masyarakat bagaimana seharusnya sampah itu bisa dibuang pada tempat yang mestinya.
Usaha menumbuhkan kesadaran masyarakat bukanlah hal yang gampang. Namun bukan pula berarti hal tersebut mustahil untuk bisa diwujudkan. Pendekatan persuasif seperti apa yang contohkan oleh gubernur daerah khusus ibu kota (DKI), agaknya bisa dijadikan rujukan untuk bagaimana seharusnya bertindak pemerintah daerah lainnya. Keinginan masyarakat sepertinya mengharapkan para pejabat pemerintahan, baik yang di pusat maupun yang berada di daerah harus bisa untuk turun langsung ke lapangan sebagai bentuk keseriusan dan kepedulian mereka terhadap persoalan yang sedang dihadapi oleh warganya. Kesan yang bisa ditangkap selama ini adalah para pejabat di daerah hanya sekadar memberi instruksi atau pemerintah. Seolah-olah hanya bekerja di balik meja saja.
Perbaiki Drainase
Selain itu yang tidak kalah pentingnya lagi adalah memperbaiki sistem drainase. Seperti diketahui drainase yang ada selama ini boleh dibilang belum berfungsi dengan baik, serta tidak memadai untuk mengalirkan air. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya ditemui genangan air di banyak tempat. Sehingga wajar saja kalau di banyak tempat air menjadi tergenang. Drainase yang tidak baik, yang menyebabkan genangan, tentu saja akan berpengaruh buruk terhadap ketahanan jalan. Sebaik apa pun kualitas jalan yang dibangun, tapi kalau digenangi oleh air, pasti usia jalan akan menjadi lebih pendek atau cepat rusak. Untuk itu idealnya sebelum pembangunan jalan itu dilakukan, terlebih dahulu yang harus terlebih dahulu diperhatikan adalah drainase. Karena drainase yang baik ikut menentukan usia kebertahanan jalan.
Stop Illegal Logging
Penebangan hutan secara liar dengan tidak mempertimbangkan ekosistem alam sampai hari ini terus saja terjadi. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendekatkan kita dengan banjir. Hutan-hutan yang seharusnya bisa menjadi penyangga air hujan agar tidak langsung mengalir ke hilir, kini kondisinya sangat memprihatinkan.
Hutan-hutan dibabat sesuka hati. Tidak bisa ditutupi lagi, hutan yang kita miliki sekarang dalam keadaan rusak parah. Hutan kita telah benar-benar gundul. Ini bisa dilihat ketika hujan di hulu akan terlihat keruh di hilir sebagai akibat hanyutnya tanah yang dibawa air hujan yang tidak lagi mampu disangga oleh pepohonan atau pun hutan yang ada. Ini pula bukti yang menguatkan bahwa hutan kita sudah benar-benar gundul. Ditambah lagi daerah-daerah yang mestinya menjadi daerah resapan air, sekarang dibangun gedung-gedung yang menjulang tinggi maupun rumah-rumah toko yang tersusun menghambat resapan air. Dalam hal ini, lagi-lagi pemerintah punya peran penting atas pembangunan gedung dan ruko yang telah menjamur di mana-mana di sepanjang jalan. Kenapa begitu mudahnya pemerintah mengeluarkan izin pendirian bangunan, sehingga mengabaikan aspek lingkungan yang jauh lebih penting bagi khalayak banyak.
Sudah seharusnya adanya ketegasan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal pemberian izin dan pemberian sanksi ketika izin tersebut dilanggar oleh para pihak yang berkepentingan. Sehingga mereka yang punya kepentingan tidak semena-mena menyalahkan izin yang telah diberikan oleh pihak pemerintah.
Sekarang yang mengintai kita bukan saja masalah banjir dan longsor. Tetapi kita sudah mulai merasakan hawa panas serta kesulitan untuk bernafas sebagai akibat atas berkurangnya ruang terbuka hijau yang menyumbangkan oksigen bagi makhluk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar...